Senin, 09 Desember 2013

USUH KAMAI KMU LBE KINCAI



329 TAHUN DUSUN KUMUN
                                           Dusun Kumun adalah salah satu dusun dari 179 dusun di Kab. Kerinci dan mempunyai bahasa sendiri dari 177 bahasa yang ada di Kerinci. Letak Geografis dusun Kumun, sebelah Utara berbatasan dengan dusun Pondok Tinggi dan Sungai Penuh, sebelah Selatan Dusun Tanjung Pauh, sebelah Timur Dusun Tanah Kampung dan sebelah Barat berbatasan dengan bukit Tapauh. Pada awal berdirinya dusum Kumun yang disahkan oleh Sri Rajo Sri Pangeran Temanggung Kebal di Bukit pada hari Ahad tanggal Selikur (21) Syakban tahun alih 1106. Dan ditetapkan pula Sistem Pemerintahan serta batas-batas wilayah Kekuasaannya. Yang dipimpin oleh 4 orang Depati yaitu: 1. Depati Galang Negeri, 2. Depati Nyato Nagaro, 3. Dapati Puro Nagaro dan 4. Dapati Sampurno Bumi Putih. Hal ini sangat jelas ditulis dalam Piagam dan Slak dusun Kumun.




Foto Satelit ini adalah  sebagian Kumun masa kini antara Kumun mudik dan Kumun Hilir  namun tetap dibawah naungan Depati Empat, Kumun Debai. Nama asli dusun Kumun adalah “Kemuan Sungai Panjang” atau dalam bahasa Kumunnya “Kmu Tayie Sanjak” Penduduk dusun Kumun saat ini lebih dari 12.000 jiwa.


PIAGAM DUSUN KUMUN
Piagam dusun Kumun ini sangat unik, karena memakai bahasa Melayu dan Jawa kemudian ditulis memakai huruf  Arab gundul. Hal ini membuktikan bahwa pada awal abad 17 atau pada tahun 1684 M bertepatan dengan tahun 1106 H yaitu tahun dikeluarkannya piagam dusun Kumun.





Tampa merobah bahasa yang terkandung didalam Piagam ini dengan hanya mengganti jadi huruf latin, maka dapat dibaca sebagai berikut:

“PIAGAM
Wabakdhu kemudian maka diterangkan kepada kembar rekan serapat depati dalam dusun kumun serto dipakai orang sri Pangeran Sri Rajo yang duduk ditanah lebar.
Kepada kembar rekan serapat Depati dalam dusun Kumun serto dipakai orang empat koto mentinyo.
Tatkala bagindo mengaruniakan Piagam ini maka Sri baginda kurniakan hutan tanah baginda, kayu pendek kayu panjang serta anak buah kemenakan sertra marah mentinyo Kemuan Sungai Panjang, seberang hujung tanah lalu ke pauh Aro Nago, terus kesangkir mati lalu ke Bane tumbuk tigo lepas kelubuk Jeluang sampai teluk Bungsu, lalu ke lubuk Langkakak menuju betung balarik, bukit rupung aur badiwo. Sehelai daun kayunyo , seekor ikannyo, sekepal tanahnyo, seikat benang dipakai tenaga anak buah kemenakannyo. Mara mentri serta cupak gantang, tandan dan seisinyo, sepanjang sepangkal lamonyo, sepacung setapal dipilih dalam tanah Kemuan.
Wabakdhu, tiado boleh dilawan digagah oleh marah mentrinyo serto cupak gantangnyo dan anak jantan anak batinonyo kalau dilawan luka tidak berpampas, mati tidak babangun dan lagi dimakan sumpah sati, tak boleh kamu berajo hitam berajo putih, kalu kamu berajo hitam berajo putih menghadap mudik dimakan biso kawi, tidak perempuan mengandung. Hilirdimakan kutuknyo Pangeran Temanggung Kebal di Bukit dan bertempat ditalang kayu jauh adonyo.
Kepado bulan ruwah maka Pangeran bagindo mengurniakan Piagam ini kepado Depati bentukkan Dusun.
Tamat Kalam surat Kemuan adonyo.                                                                                   Cap Pangeran Temanggung Kebal dibukit.”




SLAK
Merupakan lampiran dari Piagam juga ditulis dengan bahasa dan tulisan yang sama.




Dapat dibaca berikut ini:

“SLAK
Hijrah Nabi Sollalla Alihi Wasallam pada tahun seribu seratus enam tahun alih, pada selikur (bhs jawa) hari bulan Syakban pada hari Ahad...Pangeran Tamanggung Kebal di Bukit memberi juo surat Piagam kepado, Depati Galang Negeri serta Depati Nyato Nagaro, serta dengan Depati Puro Nagaro serta dengan Depati Sampurno Bumi Putih.
Semarah semantinyo, senadah satiny, sepunjung sesuluhnyo, sehutan setanahnyo,, pertama tanah perbatasannyo, sehulam sekampuk, anak menuju lubuk tumbuk duo dari lubuk tumbuk duo menuju Palimo Serupuk dari Palimo Serupuk menuju Pematang Kesik dari situ menuju bukit melintang dan lari ke Hilir saken datuk cahayo dupati hilang dipauh menuju lubuk Jaluang dari situ menuju Sialang belantak besi  dari sialang belantak besi menuju bukit rupung dan lagi yang dijejak rajo, oleh marah manti, anak jantan anak batino batang airnyo Kemuan Sungai Panjang.
Sehelai daun kayu melainkan depati yang berempat yang mengajun mengarah, merahmenti anak jantan anak batino, barang siapa marahmentinyo atau anak jantan anak betino, atau meniadakan atau memberatkan atau meringankan melainkan kena kutuk Pangeran Temanggung Kebal di Bukit, barang siapa meniadakan juo itu melainkan duduk depati yang berempat yang semenjak diduduk, semenjak yang besar diduduk besar oleh Depati yang berempat dengan surat Piagam ini di Dusun Muara Masumai dan yang menyuratnyo.
Jenang (nama dalam bahasa jawa) serto serah dihadapan Depati Setio Rajo Serto.
                                                                                                                     Cap oleh Pangeran Temanggung Kebal di Bukit.


WISATA KUMUN
1.    Air terjun bertingkat tiga yang berjarak lebih kurang 2 Km di sebelah barat dusun Kumun adalah wisata alam yang sangat menantang dalam bahasa Kumun disebut “Tluh”. Yang terdiri dari Tluh nsiu, Tluh mudeo dan Tluh tuwao, dengan menempuh jalan setapak kira-kira 1 jam untuk sampai di Tluh tuwao (air terjun tingkat ke tiga)
2.    Batu Gong yang terletak di kuto beringin Kumun kira-kira 1,5 km selatan  Air terjun Tingkat pertama. Ini peninggalan sejarah dan sebelah barat kira-kira 1 km terdapat batu Sandaran galeh tepatnya dibukit Dmu (artinya Sebelah mudik dusun kumun) yaitu lokasi dusun Kumun yang pertama kali, terletak dianatara Kuto beringin dengan Hulu air. Disinilah tempat berdomisilinya Uhak Asa (Nenek moyang orang pertama) yang tinggal di dusun Kumun yang bernama Ninaik Puti Baleo.
3.    Bukit Tapauh, disini tempat bisa memandang sebagian besar wilayah Kerinci, dari hamparan danau disebalah selatan sampai ke puncak Gunung Kerinci di sebelah Utara dan hamparan sawah hijau dan dusun yang ada di kabupaten Kerinci kesmuanya seakan-akan terletak dalam satu kawah besar...

SENI DAN BUDAYA
1.   Dari zaman dahulu di Kumun sangat terkenal dengan tari-tariannya mulai dari Tari “Mintok Jieo” suatu tarian yang sangat sakral, tarian ini diabad ke 17 sudah mulai ditinggalkan karena masuknya agama Islam ke Kumun. Tari Jieo ini adalah Tarian untuk menghidupkan orang yang sudah meninggal, untuk menanyakan sesuatu yang mungkin belum sempat disampaikan kepada keluarga atau kerabat.
2.  Tari Sambuk Putaih juga merupakan tarian yang tidak kalah sakralnya, sering digunakan untuk sarana memanggil Roh-roh leluhur (Ninaik). Dan juga disisi lain dapat digunakan untuk Tarian persembahan (Sekapur sirih) menghormati tamu dsb.
3.  Tari Rangguk, tarian ini masih berkembang di Masyarakat Kumun sampai sekarang yang biasanya ditarikan oleh anak-anak perempuan sambil bernyanyi dan menepuk rebbana.
4.    Tari Piring, dasar dari tari Piring Kumun ini adalah Pencak Silat yang diajarkan secara turun temurun, setiap yang belajar Silat baik laki-laki atau perempuan, pasti bisa Tari Piring, untuk tarian ini kebanyakan oleh laki-laki.
5.    Dan banyak lagi tari-tari kreasi baru yang tidak kalah hebohnya.

Demikian tulisan ini moga bermanfaat, ini ditulis dalam rangka menyambut HUT dusun Kumun yang ke 329 th. Jatuh pada tanggal 21 Mei 2014 yang bertepatan dengan tanggal Selikur atau 21 Syakban tahun 1435 H. “SELAMAT BUAT KUMUN DEBAI”
                                                                                                             Blog dan pos oleh: Yosef Ibraham


1 komentar:

  1. Tadinya kelihatannya agak aneh, tapi setelah dipikir-pikir dan dipelajari bagus bangat, saya jadi sedikit tau tentang kumun debai....salut..dan oke bangat...

    BalasHapus